Institut Teknologi Bandung (ITB) adalah sebuah perguruan tinggi negeri yang berkedudukan di Kota Bandung. Nama ITB diresmikan pada tanggal 2 Maret 1959. Sejak tahun 2012, ITB kembali berstatus sebagai perguruan tinggi negeri (bahasa resmi: perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh pemerintah), berubah dari status sebelumnya sebagai perguruan tinggi badan hukum milik negara (BHMN). Hingga tahun 2010 ITB telah memiliki empat program studi yang terakreditasi secara internasional dari salah satu lembaga akreditasi independen Amerika Serikat ABET. (Tahun 2011 menyusul IPB mendapatkan akreditasi ABET untuk program studi Teknologi Industri Pertanian).
Kampus utama ITB saat ini
merupakan lokasi dari sekolah tinggi teknik pertama di Indonesia sekaligus lembaga pendidikan tinggi pertama
di Hindia-Belanda.
Walaupun masing-masing institusi pendidikan tinggi yang mengawali ITB memiliki
karakteristik dan misi masing-masing, semuanya memberikan pengaruh dalam
perkembangan yang menuju pada pendirian ITB.
Asrama mahasiswa, perumahan
dosen, dan kantor pusat administrasi tidak terletak di kampus utama namun masih
dalam jangkauan yang mudah untuk ditempuh. Fasilitas yang tersedia di kampus di
antaranya toko buku, kantor pos, kantin, bank, dan klinik.
Selain ruangan kuliah,
laboratorium, bengkel dan studio, ITB memiliki sebuah galeri seni yaitu Galeri
Soemardja, fasilitas olah raga, dan sebuah Campus Center. Di dekat kampus juga
terdapat Masjid Salman untuk
beribadah dan aktivitas keagamaan umat Islam di ITB.
Untuk mendukung pelaksanaan aktivitas akademik dan riset, terdapat
fasilitas-fasilitas pendukung akademik, di antaranya Perpustakaan Pusat (dengan
koleksi sekira 150.000 buku dan 1000 judul jurnal), Sarana Olah Raga, Sasana Budaya Ganesha, Pusat
Bahasa, pusat layanan komputer (ComLabs). ITB juga memiliki Observatorium Bosscha (salah satu fasilitas dari Kelompok
Keahlian Astronomi FMIPA), terletak 11 kilometer di sebelah
utara Bandung.
Rektor ITB saat ini adalah
Prof. Akhmaloka,
Dipl.Biotech., Ph.D. untuk periode 2010-2014. Posisi tersebut akan digantikan oleh
Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi, DEA,
untuk masa jabatan 2015-2020.
SEJARAH
Sejarah ITB bermula sejak awal
abad ke-20, atas prakarsa masyarakat penguasa kala itu. Tujuan awal
pendiriannya adalah untuk memenuhi kebutuhan tenaga teknik yang menjadi sulit
karena terganggunya hubungan antara negeri Belanda dan wilayah jajahannya di kawasan
Nusantara, sebagai akibat pecahnya Perang Dunia Pertama.Technische
Hoogeschool te Bandoeng berdiri
tanggal 3 Juli 1920.
ITB didirikan pada 3 Juli 1920 dengan
nama Technische Hoogeschool te
Bandoeng(sering disingkat menjadi TH te
Bandoeng, TH
Bandung, atau THS) dengan
satu fakultas de Faculteit van
Technische Wetenschap yang
hanya mempunyai satu jurusande afdeeling der Weg- en Waterbouwkunde. ITB
juga merupakan tempat di manapresiden Indonesia pertama, Soekarno, meraih
gelar insinyurnya dalam bidang Teknik
Sipil.
Pada masa penjajahan Jepang,
tepatnya tanggal 1 April 1944, THS dibuka kembali oleh Pemerintah Militer
Jepang dengan nama バンドン工業大学 (Bandung Kōgyō Daigaku?). Setelah ditutup sejak 8 Maret 1942 dengan menyerahnya Hindia
Belanda di Kalijati. Kemudian pada masa kemerdekaan Indonesia, tahun 1945,
namanya diubah menjadi "Sekolah Tinggi Teknik (STT) Bandung". Pada
tahun 1946, STT Bandung dipindahkan ke Yogyakarta dan menjadi cikal bakal lahirnya Fakultas
Teknik Universitas Gadjah Mada.
Pada tanggal 21 Juni 1946, NICA mendirikan Universiteit van Indonesie dengan Faculteit van Technische Wetenschap sebagai pengganti STT Bandung di
lokasi Kampus THS dulu. Sebagian besar pengajarnya adalah para mantan pengajar
THS yang baru saja dibebaskan dari kamp interniran Jepang. Dan pada 6 Oktober 1947, Faculteit van Exacte Wetenschap
berdiri. Ini kemudian menjadi Fakultas Teknik dan Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu
Alam Universitas Indonesia sejak 2 Februari 1950. Pada tanggal 2 Maret
1959, Fakultas Teknik dan Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam secara resmi
memisahkan diri menjadi Institut Teknologi Bandung (ITB).
Didorong oleh gagasan dan
keyakinan yang dilandasi semangat perjuangan Proklamasi Kemerdekaan serta
wawasan ke masa depan, Pemerintah Indonesia meresmikan berdirinya Institut Teknologi
di Kota Bandung pada tanggal 2 Maret 1959. Berbeda dengan harkat pendirian lima
perguruan tinggi teknik sebelumnya di kampus yang sama, Institut Teknologi
Bandung lahir dalam suasana penuh dinamika mengemban misi pengabdian ilmu
pengetahuan dan teknologi, yang berpijak pada kehidupan nyata di bumi sendiri
bagi kehidupan dan pembangunan bangsa yang maju dan bermartabat.
Kurun dasawarsa pertama tahun
1960-an ITB
mulai membina dan melengkapi dirinya dengan kepranataan yang harus diadakan.
Dalam periode ini dilakukan persiapan pengisian-pengisian organisasi bidang
pendidikan dan pengajaran, serta melengkapkan jumlah dan meningkatkan kemampuan
tenaga pengajar dengan penugasan belajar ke luar negeri.
Kurun dasawarsa kedua tahun
1970-an ITB
diwarnai oleh masa sulit yang timbul menjelang periode pertama. Satuan akademis
yang telah dibentuk berubah menjadi satuan kerja yang juga berfungsi sebagai
satuan sosial-ekonomi yang secara terbatas menjadi institusi semi-otonom.
Tingkat keakademian makin meningkat, tetapi penugasan belajar ke luar negeri
makin berkurang. Sarana internal dan kepranataan semakin dimanfaatkan.
Kurun dasawarsa ketiga tahun
1980-an ditandai
dengan kepranataan dan proses belajar mengajar yang mulai memasuki era modern
dengan sarana fisik kampus yang makin dilengkapi. Jumlah lulusan sarjana makin
meningkat dan program pasca sarjana mulai dibuka. Keadaan ini didukung oleh
makin membaiknya kondisi sosio-politik dan ekonomi negara.
Kurun dasawarsa keempat tahun
1990-an perguruan
tinggi teknik yang semula hanya mempunyai satu jurusan pendidikan itu, kini
memiliki dua puluh enam Departemen Program Sarjana, termasuk Departemen
Sosioteknologi, tiga puluh empat Program Studi S2/Magister dan tiga Bidang
Studi S3/Doktor yang mencakup unsur-unsur ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
bisnis dan ilmu-ilmu kemanusiaan.
Kini, dengan suplai tahunan
pelajar-pelajar Indonesia terbaik, ITB merupakan salah satu pusat ilmu sains,
teknologi, dan seni terbaik di Indonesia.
ITB juga mendukung para pelajar
dan aktivitas sosial mereka dengan mendukung himpunan mahasiswa yang ada di setiap departemen.
Setiap tahunnya, ITB memilih
seorang mahasiswa terbaik untuk dikirim ke pemilihan mahasiswa teladan
nasional. Ganesha Prize adalah nama penghargaan untuk mereka yang
mendapatkan gelar mahasiswa terbaik ini. Penghargaan ini biasanya diberikan
secara resmi pada seremoni penerimaan mahasiswa baru.
FAKULTAS DAN SEKOLAH
Fakultas adalah unit pendidikan
di ITB yang memiliki beberapa program studi (dulu departemen), baik di tingkat
sarjana, magister, maupun doktor. Sementara itu, sekolah adalah unit pendidikan
yang memiliki beberapa program studi dengan bidang keilmuan yang berdekatan.
Misalnya, Sekolah Teknik
Elektro dan Informatika (STEI) ITB memiliki 5 program studi, yaitu di lingkup
keelektroteknikan (Teknik Elektro, Telekomunikasi, dan Tenaga Listrik), serta
di lingkup ilmu komputer (Teknik Informatika dan Sistem Teknologi
Informasi). Namun, cakupan keilmuannya dianggap cukup dekat. Oleh karena itu,
meskipun jumlah program studi di dalamnya semakin banyak, istilah 'sekolah'
tersebut tidak diubah menjadi 'fakultas'.
Secara administratif tidak ada
perbedaan yang berarti antara fakultas dan sekolah; perbedaan fakultas dengan
sekolah di ITB hanyalah sekadar terminologi. Keduanya dipimpin oleh seorang
Dekan dengan dibantu oleh 2 orang Wakil Dekan, yaitu Wakil Dekan bidang
Akademik dan Wakil Dekan bidang Sumber Daya.
AKREDITASI
Setelah bertahun-tahun
mendapatkan akreditasi dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT)
dengan nilai A untuk sebagian besar program studinya, pada tahun 2011 dua
program studi ITB meraih akreditasi internasional dari Accreditation Board for Engineering
and Technology (ABET) yang
merupakan badan akreditasi independen terkemuka di Amerika Serikat (AS). Program studi yang mendapatkan
akreditasi dari ABET adalah Program Studi Teknik Elektro dan Program Studi Teknik Kelautan.
Pada pertengahan Agustus 2012,
kembali ITB meraih akreditasi internasional untuk dua program studi yaitu
Program Studi Teknik Kimia dan Program Studi Teknik Fisika. Kini
ITB telah memiliki empat
program studi yang
terakreditasi secara internasional, di mana ITB merupakan salah satu perguruan
tinggi negeri di Indonesia yang memiliki akreditasi secara internasional dari
ABET. Dengan diraihnya akreditasi ABET merupakan jaminan bagi para calon
mahasiswa dan orang tua untuk memilih institusi pendidikan yang berkualitas
baik secara nasional maupun internasional.
Dengan akreditasi ABET tersebut,
lulusan ITB mulai tahun 2012 akan mendapatkan ijazah tak hanya akreditasi
BAN-PT tetapi juga terdapat logo ABET yang membuktikan bahwa lulusan ITB telah
terdidik dengan standar internasional, tidak hanya terlembaga tetapi juga telah
tersertifikasi secara resmi.
Adanya akreditasi ini juga
manfaatnya dapat dirasakan oleh para pengguna lulusan ITB. Anak didik ITB
memiliki standar profesional kerja yang dapat disamakan dengan lulusan luar
negeri ternama. Sehingga perusahaan penerima mereka dapat lebih yakin terhadap
almamater mereka.
SELEKTIFITAS
Seleksi penerimaan mahasiswa ITB
dilakukan secara ekslusif melalui seleksi secara nasional. Dalam sejarahnya,
ITB adalah universitas yang paling selektif bukan saja di dalam negeri tapi
juga di dunia. Di tahun 2000, survei Asiaweek mencatat bahwa untuk seleksi
penerimaan mahasiswa ITB menduduki ranking pertama di Asia. Di tahun 2008,
tingkat penerimaan agregat (aggregate admission rate) ITB adalah 4%, lebih
rendah (lebih selektif) daripada Harvard di tahun yang sama, yakni 9%.
Di tahun 2013, tergantung Falkutas
yang bersangkutan, tingkat penerimaan di ITB berkisar antara
3.5-6.3%, setara dengan Stanford (5.7%) dan Harvard (5.8%) dan lebih
selektif dari Yale (6.9%), Princeton (7.4%), dan MIT (8.3%).
Di tataran nasional, menurut tingkat
keketatan masuk SNMPTN bidang IPA tahun 2009, ITB merupakan perguruan tinggi
dengan tingkat kesulitan tertinggi dari 422.159 peserta ujian. Sebagai gambaran
untuk tahun 2007 nilai rata-rata ujian seleksi masuk yang diterima di ITB
adalah 808,82; disusul berikutnya UI(762,85), Unair (723,01), ITS (719,70), UGM (673,52).
Sedangkan pada tahun 2012, ITB
memperoleh nilai rata-rata tertinggi yaitu 788,34; disusul UI (735,94),UGM (677,63), ITS (675,53), dan Unair di urutan ke
lima.
REPUTASI
Berdasarkan tingkat kepopuleran
perguruan tinggi di dunia maya, dengan jumlah sampel 335 institusi perguruan
tinggi oleh 4icu.org untuk tahun 2012, ITB masih menjadi perguruan tinggi
terpopuler di Indonesia. Hingga pertengahan Juli 2012, ITB menempati
peringkat ke-13 di lingkup Asia, dan peringkat
ke-82 di dunia (satu-satunya yang mewakili Indonesia di dalam Top 200
Colleges and Universities in the world).
Sedangkan menurut penilaian lembaga
pemeringkatan perguruan tinggi asal Inggris tahun 2009, THE-QS, ITB menempati
peringkat 80 di dunia dalam bidang Teknik dan IT, satu-satunya perguruan tinggi
di Indonesia yang mampu masuk dalam 100 besar pemeringkatan. Peringkat pertama
sendiri diduduki olehMIT. Kemudian pada tahun 2011 dalam bidang yang sama, peringkat yang
ditempati ITB menjadi peringkat 100 di dunia.
Dari tahun 2007 hingga saat ini,
khusus untuk bidang Engineering & Technology dan Natural
Sciences, ITB menempati peringkat pertama di Indonesia dan satu-satunya
kampus di Indonesia yang memperoleh "bintang empat" dari QS
World University Rankings.
·
Pada tahun 2009, QS Asian University Rankings di bidang Engineering
& Technology memberikan ITB peringkat ke-21 di Asia dan
peringkat pertama di Indonesia, sementara di bidang Natural Sciences ITB
menempati peringkat ke-27 di Asia dan peringkat pertama di Indonesia.
·
Pada tahun 2010, QS Asian University Rankings di bidang Engineering
& Technology memberikan ITB peringkat ke-30 di Asia dan
peringkat pertama di Indonesia, sementara di bidang Natural Sciences ITB
menempati peringkat ke-35 di Asia dan peringkat pertama di Indonesia.
·
Pada tahun 2011, QS Asian University Rankings di bidang Engineering
& Technology memberikan ITB peringkat ke-26 di Asia dan
peringkat pertama di Indonesia, sementara di bidang Natural Sciences ITB
menempati peringkat ke-41 di Asia dan peringkat pertama di Indonesia.
·
Pada tahun 2012, QS Asian University Rankings di bidang Engineering
& Technology memberikan ITB peringkat ke-27 di Asia dan
peringkat pertama di Indonesia, sementara di bidang Natural Sciences ITB
menempati peringkat ke-35 di Asia dan peringkat
pertama di Indonesia.
REKTOR
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Daftar Rektor Institut Teknologi Bandung
·
Prof. Ir. R. Soemono (2 Maret
1959-1 November 1959)
·
Prof. Ir. R. Otong Kosasih (1 November 1959-20 April 1964)
·
Ir. R. Ukar Bratakusumah (14 April 1964-22 Februari
1965)
·
Letnan Kolonel Ir. Koentoadji (22 Februari 1965-1969)
·
Prof. Dr. Doddy
Achdiat Tisna Amidjaja (1969-7 Desember 1976)
·
Prof. Dr. Ing. Iskandar Alisjahbana (7 Desember
1976-14 Februari 1978)
·
Dr. Soedjana Sapi'ie (16 Februari
1978-30 Mei 1979)
·
Prof. Dr. Doddy
Achdiat Tisna Amidjaja (30 Mei 1979-22 November 1980)
·
Prof. Hariadi
Paminto Soepangkat, Ph.D. (22 November 1980-12 Desember 1988)
·
Prof. Ir. Wiranto Arismunandar, MSME (12 Desember
1988-7 Maret 1997)
·
Prof. Ir. Lilik Hendrajaya, M.Sc., Ph.D. (7 Maret 1997-10
November 2001)
·
Ir. Kusmayanto Kadiman, Ph.D. (10
November 2001-21 Oktober 2004)
·
Prof. Ir. Adang Surahman, M.Sc., Ph.D. (23 Oktober 2004-29
Januari 2005)[
·
Prof. Dr. Ir. Djoko
Santoso, M.Sc. (29 Januari 2005-29 Januari 2010)
·
Prof. Akhmaloka, Dipl.Biotech.,
Ph.D. (29 Januari 2010-5 Januari 2015)
·
Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi, DEA (5 Januari 2015-sekarang)
PRESTASI
·
Juara pertama kategori robot terbang sayap tetap (fix wing), desain
terbaik, dan presentasi terbaik dalam Kontes Robot Terbang Indonesia (KRTI)
2014
·
Merit Awards (runner up), Asia Pasific Information and Communication
Technology Alliance (APICTA) Awards 2009 di Australia, 15-17 Desember 2009
Posting Komentar